Lampung Tengah, (ISN) – Masifnya pemberitaan dugaan praktek money politic pasca Pilkada 9 Desember 2020 di Lampung Tengah yang bertebaran di media sosial menuai respon berbagai pihak, salah satunya dari penggiat demokrasi lokal, Rosim Nyerupa.
Aktivis muda kelahiran Lampung Tengah itu menilai laporan dugaan praktek money politic yang dilayangkan oleh tim kuasa hukum Paslon nomor urut 3 Nessy Mustafa – KH Imam Suhadi syarat akan kepentingan politik, Sebab berdasarkan informasi diberbagai pemberitaan, Kandidat tersebut juga dilaporkan dengan kasus yang sama bahkan sebelum hari pemilihan berlangsung.
Kendati demikian, pihaknya mengatakan lebih percaya laporan pedagang kaki lima ketimbang laporan aktor politik apalagi timses pasangan calon.
“Masif pemberitaan dimedia sosial Timses Paslon Nessy Mustafa – Imam Suhadi melaporkan dugaan praktek money politic yang ditudingkan ke rivalnya Musa – Dito Paslon nomor urut 2 dengan beberapa temuan dilapangan.
Menurut Rosim hal tersebut terbilang unik. Ada beberapa bahkan kuat dugaan ada bentuk intimidasi bukan tertangkap tangan sedang membagikan uang, tapi datang kerumah dipaksa untuk mengaku dengan berbagai ancaman.
“Saya melihat dipemberitaan ada juga temuan dugaan praktek money politic oleh kubu Musa – Dito bahkan laporan sudah diserahkan ke Kepolisian. Agak rancu juga sinetron dalam episode pilkada tahun ini,” ungkap Alumni Fisip Unila itu.
“Ya kita lebih percaya kalau ada laporan money politic oleh pedagang kaki lima ketimbang aktor politik apalagi timses kandidat yang menjadi rival dalam kompetisi,” papar Rosim kepada
Rosim menyayangkan semestinya para elit politik menempatkan diri dengan bijak. Semua pihak harusnya sudah mulai menyerukan persatuan dan kerukunan untuk kemajuan Lampung Tengah mendatang.
“Menyikapi dugaan praktek politik uang dibeberapa titik, seharusnya elit politik menempatkan diri dengan bijak. Jangan justru menggiring opini untuk memprovokasi masyarakat,” tegas Rosim.
Padahal jelas, jika ada dugaan praktek politik uang bisa dilaporkan ke Bawaslu dan biarkan Bawaslu yang memproses itu.
“Lah apa gunanya koar-koar di media? Sementara katanya laporan sudah dimasukkan ke Bawaslu? serahkan saja ke Bawaslu, jangan banyak menuding dimedia sosial malah menjadi preseden buruk di Lampung Tengah” Lanjut Ketua Serikat Mahasiswa dan Pemuda Lampung ini.
Rosim mengimbau agar masyarakat Lampung Tengah tidak terprovokasi dengan pemberitaan yang ada apalagi temuan-temuan yang ada dilapangan itu belum tentu benar adanya, karena semua harus melalui proses yang panjang untuk benar-benar membuktikan adanya dugaan politik uang oleh Bawaslu.
Sekarang masyarakat paham bahwa tidak ada jalan lain untuk keluar dari berbagai persoalan yang tengah dihadapi mereka adalah dengan mengganti Pemimpinnya.
Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan sementara Pilkada Lampung, pasangan Musa Ahmad – Ardito Wijaya memimpin perolehan suara sebesar 50,1 persen, menyusul pasangan nomor urut tiga Nessy Kalviya – KH Imam Suhadi sebesar 29,3 persen, terakhir petahana nomor urut satu Loekman Djoyosoemarto – M. Ilyas Hayani hanya meraih 20,3 persen suara.
Ketertinggalan perolehan suara sementara yang cukup jauh kini menunjukan bahwa masyarakat Lampung Tengah ingin bangkit dari keterpurukan. Tugas elit politik di jajaran Lampung Tengah hari ini adalah merawat kondusifitas jangan memprovokasi masyarakat dan malah memecah belah persatuan di Lampung Tengah.
“Semua orang ada masanya, jangan berpikir bahwa Lamteng bisa dikuasai oleh dinasti keluarga, apalagi dinasti itu korup, hari ini kalau ada temuan sudah ada mekanisme pengaduan di Bawaslu, buktikan saja dugaan politik uang tersebut, masyarakat sudah cerdas, mereka ingin perubahan,” ujar Rosim.
Kemudian Rosim Nyerupa mengajak masyarakat untuk tetap fokus untuk mengawal hasil pemilihan sampai pada penetapan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Tengah. (R)