Bandar Lampung (ISN) – Dalam rangka mengapresiasi Petani Kopi Lampung dan meningkatkan nilai ekonomi Rabusta. Koperasi Robusta Lampung menggelar lomba kopi berkualitas
Rahmat Rengki Putra pemuda asal Pekon Bedudu Kecamatan Belalau kabupaten Lampung Barat, meraih juara III dengan score cuping 78.38 pada kategori Honey Proces.
Pria 25 tahun ini mengungkapkan bahwa keberhasilannya saat ini meraih juara merupakan suatu upaya untuk turut mengenalkan kualitas Kopi Robusta Lampung Barat ke pasar dunia.
“Sesuai dengan semboyan yang disampaikan oleh bapak Bupati atau yang akrab kita panggil Pakcik “Indonesia Negeriku, Lampung Barat Kopiku” maka dari itu kita Berharap Kopi RobustaLampung Barat mampu mendunia,” ungkapnya.
Selain Rahmad, Repqi Albana yang juga merupakan warga Bedudu masuk dalam 10 besar pada kategori Honey Proces serta Ishak Gunawan ayah kandung Rahmat Rengki Putra masuk 10 besar pada Natural Proces.
Ishak Gunawan juga merupakan salah satu tokoh adat pekon Bedudu sekaligus Petani dan prosesor kopi yg selalu
memberikan motivasi kepada para petani terutama keluarga besar dan masyarakat Pekon.
Ishak menyampaikan, usahakan hasil kopi 1 kg kopi perbatang dan kurangi penggunaan Racun yang akan merusak kopi atau buah kopi.
Ishak juga mengungkapkan, dari sisi produktifitas kopi dan juga menekankan Kualitas yang harus bagus terutama petik merah di jemur beralas.
Hal itu bukan hanya teori semata namun, Ishak Gunawa telah membuktikan dengan masuknya peringkat 10 besar pada Natural Proces.
Pionir Petik Merah Pekon Bedudu
Salah satu penggiat pentani kopi petik merah pekon Bedudu Rengki Anggriawan menceritakan bahwa yang pertama kali memulai dan memiliki ide untuk memproduksi kopi Robusta biji merah adalah Alm. Badrun Ardani yang memiliki warung kopi “Ujung pintu” yang berlokasi di Malang pada tahun 2015 lalu. Sementara, Petani kopi pertama yang melalukan petik merah yakni Ahmad Baruslan.
“Jadi awalnya Alm. Badrun Ardani yang meminta pada bapak Ahmad Baruslan untuk menyediakan biji kopi petik merah untuk kebutuhan warung kopinya di Malang,” ujarnya.
Saat ini di pekon Bedudu terdapat kurang dari 10 Petani yang melakoni panen kopi petik merah. Dan baru hanya sebatas pada produksi biji kopi mentah.
“Jadi kami baru sekedar pada produksi biji kopi mentah saja (green bean), belum melakukan pengolahan roasting/sangrai kopi. Proses pasca panennya lumayan panjang mulai dari petik buah merah pilihan, sortir biji manual memisahkan kopi yang matang dan yang mentah, lalu dirambang dan pemisahan kulit merah dengan biji kopi dengan mesin pulper, pengeringan biji kopi, lalu pengelupasan kulit kopi / huling, dan yang terakhir mensortir biji (memisahkan defec/ cacat biji kopi) hingga didapat kualitas green bean yang baik,” ujarnya.
Alumni Universitas Muhammadiyah Malang ini mengatakan bahwa kurangnya minat Petani kopi Lampung Barat khususnya Petani kopi Bedudu karena kurangnya edukasi yang memadai Serta dampak bagi ekonomi masyarakat.
“Kurangnya minat Petani kopi untuk melakukan petik merah karena prosesnya yang di nilai rumit dan juga masyarakat belum tau keunggulan biji merah dalam Harga pasar,” tandasnya.
Harapan Petani Kopi Pekon Bedudu
Muhtamar, salah satu Petani kopi Robusta pekon Bedudu berharap ada terobosan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Lampung Barat untuk memberikan edukasi dan juga memberikan pembinaan kepada petani kopi agar melakukan panen petik merah sehingga menghasilkan kualitas biji kopi yang unggul dan masuk kategori pasar dunia.
“Sesuai dengan harapan pak bupati Parosil bahwa akan menduniakan kopi Robusta Lampung Barat tentunya harus
diimbangi dengan pemahaman masyarakat tentang kenapa harus kopi petik merah, sementara selama ini petani panen biji campuran karena dianggap lebih cepat dalam proses panen dan juga pasarnya sudah jelas,” paparnya .
Muhtamar juga berhap agar pemerintah Lampung Barat melalui Dinas terkait yakni Dinas Perkebunan dan juga Dinas Pertanian mencari jalan agar tersedia market untuk kopi Robusta petik merah.
Karena menurutnya, sampai saat ini, kopi Robusta Lampung Barat khususnya Pekon Bedudu masih sangat rendah.
“Kurangnya edukasi dan juga pemahaman Petani akan kualitas biji kopi unggul yang dirasa memiliki nilai jual yang lebih tinggi, jika pemerintah Lampung Barat mampu memberikan edukasi dan juga menyediakan market khusus untuk kopi petik merah serta ada nilai jual yang lebih tinggi dibanding biji campuran pasti banyak Petani yang mau melakukan petik biji merah, dan tentunya hal tersebut diyakini mampu meningkatkan pendapatan dan meningkatkan perekonomian Petani kopi Lampung Barat,” katanya.
Muhtamar berharap agar pemerintah Lampung Barat serius mensejahterakan petani kopi Robusta.
“Untuk mewujudkan Petani kopi yang sejahtera tentu ini tidak hanya tugas pemerintah namun juga Petani, dalam hal ini pemerintah memiliki tugas paling banyak yakni mencarikan terobosan sehingga masyarakat sadar bahwa kualitas adalah nomor satu, bukan hanya mengejar kuantitas, dan jika dilihat sudah ada pionir dan Petani petik merah sejak 2015 lalu namun sampai saat ini hanya sekedarnya saja, belum ada bimbingan maupun kejelasan harus mereka apakan dan dikemanakan hasil dari produksinya,” pungkasnya.
Harapan masyarakat khususnya Lampung Barat dengan munculnya kopi Robusta Lampung Barat menjadi juara, artinya biji kopi Robusta Lampung Barat memiliki kualitas yang baik dapat menjadi penyemangat bagi petani dan khususnya pemerintah kabupaten Lampung Barat untuk sama sama memperjuangkan harga jual kopi yang tujuan akhirnya petani kopi dapat sejahtera. (*)