Provinsi Jawa Barat Tidak Termasuk Wilayah Administrasi Insidensi Covid-19 Tertinggi
JAKARTA (ISN) – Provinsi Jawa Barat tidak termasuk wilayah administrasi dengan kasus dan laju insidensi tertinggi di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19. Dewi Nur Aisyah saat mendampingi Ketua Satgas Nasional. Doni Monardo di Kota Bandung.
Hal tersebut disampaikan Dewi. Berdasarkan perbandingan hasil analisis terakhir mingguan. Periode 2 Agustus 2020 di tingkat nasional dengan Provinsi Jabar. Hasil analisis terakhir mingguan menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat tidak termasuk pada 10 kabupaten/kota. Dengan angka kasus tertinggi dan di saat yang samapun tidak masuk pada 10 kabupaten/kota angka laju insidensi tertinggi di Indonesia.
Menurut Dewi. Jika melihat pada angka nasional, 6,8 persen dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia tidak tercatat adanya kasus COVID-19. Sedangkan 66 persen tercatat lebih dari 100 kasus. dan 23,7 persen dengan 100 sampai dengan 1.000 kasus. serta tercatat 18 kabupaten/kota terdapat lebih dari 1.000 kasus.
Selanjutnya, jika melihat angka kumulatif kasus. Kota Depok menduduki peringkat pertama di tingkat provinsi dan peringkat ke-18 nasional. Disusul Kota Bekasi yang menempati peringkat ke-19 nasional sedangkan Kota Bandung pada peringkat ke-33 nasional. Dewi menganalisis bahwa angka kumulatif terendah di Jawa Barat yaitu di Kota Banjar. Dengan menempati peringkat ke-381 Nasional.
Dewi menegaskan bahwa semakin besar peringkat kabupaten/kota. Semakin kecil angka kasus yang terjadi.
“ Semakin besar peringkatnya, maka semakin kecil angka yang ditemukan kasus di sana.” Tegas Dewi saat berada di Kota Bandung. Jabar, Kamis (06/08).
Setelah itu, Dewi menjelaskan peringkat angka kematian. Per 100 ribu penduduk kabupaten/kota di Jabar pada peringkat nasional. “ Berdasarkan angka kematian per 100 ribu penduduk. Ini Kota Depok menjadi peringkat 63, Kota Bogor peringkat 76, Kota Bandung 78. Namun, setelah itu kita temui peringkatnya di atas 100, di atas 200, di atas 300. Dan yang terakhir adalah 6 kabupaten/kota tidak tercatat angka kematian di sana.” ucap Dewi.
Dewi menjelaskan lebih lanjut bahwa Jabar tidak masuk pada 10 kabupaten/kota dengan angka kematian per 100 ribu penduduk, bahkan sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Barat masuk pada peringkat terendah.
“ Kita melihat bahwa Jawa Barat tidak masuk sama sekali dalam top 10 kabupaten/kota. Dengan angka kematian per 100 ribu penduduk yang tertinggi. Namun banyak yang termasuk di dalam yang terendah. Ini luar biasa bapak ibu semua.” tutur Dewi.
Tidak hanya itu, Dewi turut menjelaskan grafik penurunan angka kematian di Jawa Barat di minggu terakhir. “ Ini yang luar biasa saya melihat grafik penurunan angka kematian di Jawa Barat. Pada pekan terakhir, ini hanya terdapat empat kematian. ” ujar Dewi.
Penambahan angka kasus mingguan di Jawa Barat masih terlihat peningkatan. Bahkan pada pekan terakhir terjadi peningkatan sebesar 44,4 persen. Namun, hal ini disebabkan oleh penambahan jumlah pemeriksaan sehingga semakin banyak yang terdeteksi terutama bagi mereka yang tanpa gejala.
Dewi menyimpulkan bahwa jika ditemukan peningkatan kasus namun tercatat angka kematian yang kecil. Maka penanganan pasien di rumah sakit sudah berjalan dengan sangat efektif.
“ Intinya, ketika kasus kita melihat ada peningkatan. Kita berupaya untuk menjaring orang yang positif meskipun tidak memiliki gejala. Namun, dengan ada tandanya angka kematian yang kecil berarti penanggulangan dan pengendalian dan penanganan pasien di rumah sakit. Berjalan dengan dengan sangat efektif.” tutur Dewi.
Selanjutnya juga Dewi menjelaskan. Bahwa Jawa Barat memiliki rata-rata angka kesembuhan sebesar 57,39 persen. Bahkan beberapa kabupaten/kota telah melampaui angka tersebut.
Periode 2 Agustus 2020. Dewi menyampaikan laporan kategori risiko kabupaten/kota di Jawa Barat. Terdapat 2 kabupaten/kota beralih turun dari risiko sedang ke rendah, 3 kabupaten/kota. Dari rendah ke sedang, dan 1 kabupaten/kota bergerak dari risiko sendang ke tinggi. Dalam hal ini, Dewi menegaskan bahwa angka pada kategori risiko dapat bergerak dan bersifat dinamis.
“ Jadi tetap ada pergerakan yang tadi bapak (Ridwan Kamil) sudah sampaikan, tidak statis tapi dinamis pergerakannya.” tegas Dewi.
Ia menyampaikan apresiasi pada Pemerintah Jabar atas usaha yang sudah dilakukan untuk menangani COVID-19. “Beberapa hal kita melihat kemajuan yang begitu luar biasa. Masih ada beberapa hal yang harus kita kejar, tapi sekali lagi kami sangat mengapresiasi semua usaha yang telah dilakukan oleh bapak-ibu semua.” tutup Dewi Nur Aisyah Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19.
Berita ini telah tayang di bnpb.go.id dengan judul (Jabar di Tengah Pandemi, Dewi: Tidak Termasuk dengan Kasus dan Laju Insidensi Tertinggi)