KALIANDA – Ketersediaan batu bolder pelaksanaan Proyek Break Water di PPI dermaga Bom Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel), nampak nya bakal “mengancam” jalannya proyek pembangunan.
Pasalnya, Leader Konsultan pelaksana proyek, Saplen memprediksi ketersediaan batu yang ada saat ini, masih belum mencukupi untuk kebutuhan proyek.
Karenanya, diperlukan sumber batu lain sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan proyek yang menelan anggaran lebih dari Rp.26 Miliar itu.
“Kalau batu disini tidak cukup, kita carikan sumber batu lain. Sehingga bisa terus berjalan,”ujar Saplen saat ditemui sejumlah awak media di PPI Dermaga Bom Kalianda, lokasi jalannya proyek, siang tadi (1/7/2022).
Saat ini lanjut pria paruh baya itu, pihak yang terlibat dalam proyek masih terus melakukan penggalian batu untuk memenuhi kebutuhan proyek break water tersebut.
Masih kata Seflan, sejauh ini sudah sekitar 5 ribu meter kubik batu yang sudah dipergunakan untuk jalannya proyek yang dikerjakan oleh PT. Surya Citra Wira Abadi Kencana (SCWAK) ini.
“Kalau batu yang ada di lokasi saat ini, paling mampu untuk pemenuhan kebutuhan proyek selama 3 hari kedepan,”ungkap nya.
Disinggung soal spesifikasi batu untuk pelaksanaan proyek break water itu, Seflan mengaku sudah sesuai standarisasi yang ada. “Untuk bagian bawah, batu ukuran kecil. Di atasnya nanti yang berukuran besar. Kalau speknya TP1 dan TP2 ,”sambung nya lagi.
Dikonfirmasi terpisah, Bos PT Hajar Nusantara Abadi (HANA), Dicky menegaskan, pihaknya selaku subkon penyedia material batu tengah berupaya memenuhi kebutuhan proyek break water. Diperkirakan, kebutuhannya yakni mencapai sekitar 30 ribu kubik.
“Bukan kurang, ini masih terus dilakukan penggalian. Karna kita juga gak bisa prediksi, namanya juga batu ini letaknya didalam bumi. Maka masih kita gali terus,” kata Dicky saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon genggamnya petang tadi.
Dicky menambahkan, jika upaya pemenuhan kebutuhan material batu dari lokasi penggalian di dekat Dermaga Bom ini tidak memenuhi target, maka pihaknya telah menyiapkan langkah alternatif.
“Sudah kita siapkan lokasi baru yang ada di Desa Canti, Rajabasa. Disitu izin kita juga sudah keluar,”ujar pengusaha muda ini.
Lebih lanjut, kendati alternatif tersebut sudah disiapkan, namun pihaknya masih berupaya untuk melakukan penggalian dilokasi saat ini. “Alternatif itu adalah langkah terakhir, jika kemungkinan terburuk itu terjadi, kalau batu yang di lokasi sekarang benar-benar tidak cukup. Tapi kita upaya terus ini,”lanjutnya.
Saat disinggung mengenai kendala mobilitas armada, Dicky mengamini bahwa jika material batu diambil dari lokasi kedua yang ada di Desa Canti, maka kendala yang dihadapi adalah akses kendaraan material.
Sebab, selain lokasinya jauh dari lokasi proyek, akses jalan lingkar Pesisir Rajabasa juga diketahui sangat sempit. Sehingga, dapat berpotensi mengganggu lalulintas warga.
“Pasti kendalanya itu. Selain jauh, mobilitas kendaraan material juga akan mengganggu lalulintas pengguna jalan lainnya. Makanya, masih kita maksimalkan batu yang berlokasi didekat Dermaga Bom,”tutup Dicky.
(KJHLS)