METRO (ISN) – Putra dari mantan Wali Kota Metro dua periode, Lukman Hakim era 2005-2009 dan 2009-2014. Dr. Eng. FRITZ AKHMAD NUZIR,. ST,. MA,.IAI,. atau dikenal juga dengan nama panggilan “Fran” mempunyai wacana pembangunan Kota Metro menjadi Metro Smart City.
Cukup Brilian hal ini, terlebih latar belakang dirinya cukup mumpuni di bidang pengembangan dan pembangunan sebuah daerah dengan Konsep Metro Smart City.
Sebelum lebih jauh mengulas Konsep Metro Smart City. Fran memberikan gambaran apa-apa saja yang dibutuhkan sebuah Kota.
Dalam wawancara ekslusif, lampungsai.com via Video Meetting. Rabu, 25 September 2019, Fran menjelaskan sebuah Kota itu ada beberapa aspek penunjang yang penting dan memang menjadi kebutuhan sebuah Kota, yakni :
Pertama adalah adanya Ruang Publik yang terdiri dari ruang Kreativitas Komunitas, Area Hijau, Rekreasi Keluarga dan ruang aktivitas sosial.
Kedua, adanya Transportasi Inklusif terdiri dari ruang untuk pejalan kaki, Tempat Pengelolaan Sampah Kota, Angkutan Umum dan Transportasi Inklusif.
Lalu yang ketiga, adanya Circular Ekonomy terdiri dari Objek Wisata Unggulan, Ekonomi Kreatif dan Masyarakat Edukatif.
Circular Ekonomi adalah konsep alternatif dari ekonomi linear (produksi, penggunaan, pembuangan) yang bertujuan untuk menggunakan potensi setiap material semaksimal mungkin serta untuk memulihkan material yang telah sampai pada usia akhirnya.
“Tiga hal ini yang memang harus ada dan sudaj menjadi kebutuhan bagi sebuah Kota,”katanya.
Kembali pada poin Konsep “Smart City”, Fran memaparkan, pada umumnya Smart City adalah sebuah kota yang mampu mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki seperti sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya lainnya sehingga warganya dapat hidup nyaman.
Smart City didefinisikan sebagai kota yang mampu menggunakan sumber daya manusia, modal sosial dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.
Konsep ini, kata Frans, akan terpenuhi apabila kota tersebut sudah mampu untuk mengelola sumber dayanya secara berkelanjutan menggunakan sistem terintegrasi serta memiliki infrastruktur dasar yang terpenuhi seperti air, listrik, sanitasi limbah, keamanan, pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan, baik pemerintahan maupun masyarakat dan transportasi yang efisien sehingga dapat meningkatkan mobilitas masyarakat.
“Dalam konsep ini ada beberapa indikator dasar yang harus dipenuhi dalam mewujudkan Smart City yaitu masyarakat penghuni kota smart people, smart economy, smart governance, smart living, smart envoronment,”jelas Frans.
Fran menambahkan, dengan mampu menerapkan atau memenuhi salah satu dari beberapa indikator tersebut diharapkan sebuah Smart City dapat membantu menyelesaikan masalah perkotaan, seperti transparansi dan partisipasi publik, keamanan, kemudahan transportasi publik, data dan informasi yang terpenuhi.
Konsep Smart City juga menerapkan lingkungan yang lebih lestari, karena konsep pengaturan limbah dan pengelolaan air yang lebih maju.
“Salah satu penerapan dari Smart City adalah penerapan smart governance yang bertujuan agar adanya pemerintahan yang transparan, kemudahan partisipasi publik, dan informatif,”pungkasnya.
Kilas sosok putra daerah Metro, Dr. Eng. FRITZ AKHMAD NUZIR,. ST,. MA,. IAI,. atau dikenal juga dengan nama panggilan, Fran lahir di Kota Metro- Provinsi Lampung.
Sejak SMP sampai berkuliah, Fran pergi menuntut ilmu pendidikan di Yogyakarta. Pada tahun 2004, Fran berhasil menyelesaikan program pendidikan Sarjana (S1) Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan di Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Pendidikan S2-nya diselesaikan pada tahun 2007 di Master of Landscape Architecture Program, Anhalt University of Applied Sciences, Bernburg, Jerman.
Sambil menyelesaikan studinya, Fran juga pernah magang di Rainer Schmidt Landscape Architects di Muenchen, Jerman. Selepas kuliah, Fran pernah bekerja di Cracknell Landscape Design di Dubai hingga tahun 2008.
Setelah setahun bekerja sebagai profesional di luar negeri, Fran kembali ke Indonesia.
Sejak tahun 2009, ia menetap di Bandar Lampung dan mendirikan Biro Arsitek yang diberi nama SKAPE (Studio Kreasi Arsitektur dan Perkotaan Ekologis).
Sejak itu puluhan karya arsitektur telah dirancangnya tersebar mulai dari Jerman, Dubai, Provinsi Lampung, Yogyakarta dan Jakarta.
Kiprahnya sebagai arsitek profesional (Arsitek Madya IAI) sekaligus latar belakang ilmu arsitektur lansekap, membuatnya dipercaya menjadi Ketua Umum Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia Pengurus Daerah Lampung pada tahun 2011.
Selain berprofesi sebagai arsitek, Fran juga memiliki hobi lain yakni menulis cerita pendek. Cerita-cerita pendek yang dikumpulkan ini kemudian diterbitkan oleh Indepth Publishing dengan judul “Semuda”.
Selain menulis cerpen, Fran juga menulis di surat kabar maupun di jurnal ilmiah.
Fran menyelesaikan pendidikan S3 di University of Kitakyushu Jepang dengan gelar Doctor of Engineering (Dr. Eng.) di tahun 2016.
Dirinya juga tercatat sebagai salah satu pengajar di Universitas Bandar Lampung sampai saat ini.
Pada tahun 2017, diringa berkolaborasi bersama dua orang penulis lainnya, untuk menerbitkan sebuah buku non fiksi dengan tema perkotaan yang berjudul “Kotak-katik Kota Kita”.
Fran kini berafiliasi dengan Institute for Global Environmental Strategies (IGES) dan tergabung dalam unit Kitakyushu Urban Centre (KUC) di Jepang, yang melakukan penelitian dengan tema-tema kota rendah emisi (low carbon city). Juga penelitian tentang pengelolaan sampah perkotaan (urban waste management), pendidikan lingkungan (environmental education), ruang terbuka dan bangunan hijau (green open space and building), dan Sustainable Development Goals (SDGs).(*)