OPINI (ISN) – Banyak orang yg mengatakan Indonesia mengalami krisis ekonomi, tapi banyak orang yg tidak merasakan karena tidak tau alur nya, sebab begini paradigma yg berkembang, ketergantungan terhadap pemerintah itu hanya terjadi pada aparatur negara, atau sederhananya orang-orang yang digaji oleh negara. Bagi yang tidak merasakan ya biasa-biasa saja, misalnya para petani, kuli-kuli bangunan, dan lain sebagainya.
Apakah krisis tersebut berdampak pada masyarakat secara langsung?
Jadi kita mesti lebih jauh dalam melihat, hitunglah orang-orang yang digaji oleh negara itu rata-rata penghasilannya 4 juta perbulan, apakah 4 juta ini akan dikurangi oleh pemerintah? Jawabannya tidak, tapi nominal kebutuhan yang di godok. serta penundaan-penundaan yang dilakukan, contohnya penundaan gaji, penundaan penerimaan pegawai baru, tarif listrik meningkat, tarif BBM, pajak dan Lainnya.
Inilah yang disebut dengan inflasi, ketika inflasi terjadi maka distribusi barang tidak lancar, dan akhirnya terjadi kelangkaan, Kalau kelangkaan terjadi maka otomatis harga barang naik, dan pemenuhan barang itu bukan cuma buat para PNS polri TNI dll, tapi semua manusia yg ada di suatu negara merasakan. Petani, buruh, wiraswasta semuanya kena.
Kemudian keadaan menjadi semakin suram, kebutuhan jasa akan berkurang karena biaya produksi nya berkurang, kemana akhirnya? banyak orang akan kehilangan pekerjaan alias menganggur, nah ini yg disebut resesi dalam ekonomi.
Sampai disini keadaan akan semakin kacau, upaya-upaya akan dilakukan setiap orang dalam pemenuhan kebutuhan contoh kecil dalam rumah tangga, ya ngutang ke tetangga, yang punya stok kebutuhan lebih, lalu bagaimana kalau utang nya sudah kebanyakan? Kelaparan pun akan terjadi, dulu Indonesia pernah terjadi krisis moneter yg cukup menyedihkan pada saat orde baru dan akhirnya terjadi cheos, penjarahan dimana-mana.
Nah di era ini kita sedang menghadapi masa-masa sulit yang hampir sama, bukan cuma diindonesia tapi hampir seluruh dunia dikarenakan pandemic covid 19 Yang tak kian berhenti justru meningkat, menyita perhatian, energi, bahkan nyawa, masa ini tentu lebih sulit dibanding masa sebelumnya, ini fenomena langka. Disatu sisi kebutuhan meningkat, disisi lain kesehatan dihantui.
“Badai pasti berlalu” pribahasa ini sangat cocok untuk masa sekarang ini, semua sektor mengalami kepesimisan, semua aktivitas dikurangi, dalam keadaan ini ya itulah yang terjadi, menghibur diri jadi solusi untuk penenang, bahkan ada stetement yg menggelitik dalam rangka menenangkan psikis contoh nya ” ini semua karena pimpinan Sunda empire ditangkap, makanya tatanan dunia jadi kacau” stetement yg dibutuhkan untuk menenangkan masa tegang meskipun tak menghadirkan solusi dalam permasalahan.
Saya yakin dalam keadaan ini banyak terjadi konflik dalam rumah tangga, angka kriminalitas semakin tinggi dan banyak hal membahayakan lainnya.
Intinya begini dalam keadaan ini kita harus lebih hemat dalam pengeluaran, agar konflik dapat ternetralisir, dan pemerintah harus memiliki sense of crisis, sehingga cepat Bertindak dalam menstabilkan keadaan.
Penulis: Ari Permadi